TERUNTUK INDONESIA
"PAGI, SEBELUM JAM 10.00 INI"
Pagi, sebelum jam 10.00 ini
Indonesia menemuiku dengan senyum
Senyum yang menampilkan deretan gigi berlubangnya
Dia menjabat erat tanganku dengan kokoh
Dengan tangan yang berurat keriput
Keriput seperti wajahnya dengan goresan luka di pipi
"Salam Satu Bangsa, Satu Tanah Air, dan Satu Ibu Pertiwi" Katanya
Aku bingung hendak membalas dengan sapa apa padanya
Maka kuberanikan diri menjawab, "merdeka!"
Dia menggelengkan kepalanya, "belum Pemudaku! Masih esok kita merdeka."
Aku terbengong dan berpikir, bukankah hari ini 17 Agustus?
Dia duduk di teras taman kecilku
Menghela nafas dan mengusap peluh di dahinya
Diam, sebelum jam 10.00 ini
Indonesia duduk seteras sendu kelam
Dia berkisah banyak tentang betapa berbedanya
Apa yang dia perjuangkan berbanjir peluh
Dengan bambu runcing dan tongkat s'rabut
Melawan murka egois sendiri dan penjajah di negeri
"Dengan satu bangsa, satu tanah air, dan satu Ibu Pertiwi" katanya
Kami berjuang bersama, berpadu, bersatu, dan secinta
Untuk beranikan diri berteriak, "merdeka!"
Meski selaksa peluru menembus jiwa raga, tapi tidak pernah putus asa
Menyerah bukanlah jawaban, sampai di hari ini 17 Agustus
Dia duduk di teras taman kecilku
Menghela nafas dan mengusap peluh di dahinya
"Kita belum merdeka, pemuda!"
Penjajah masih ada, dan kini bukan bangsa lain
Tapi bangsa sendiri menjajah bangsa sendiri
Memanipulasi pemerintahan
Merobek-robek ikrar dan janji pejuang tempo dulu
"Kita masih berjuang, pemuda!"
Di bahumu kami serahkan cita kemerdekaan
Jadi pemuda sekuat Garuda yang berani
Pemuda yang cerdas dan mencerdaskan
Kami sudah selesai dan sekarang adalah waktumu
Indonesia terbatuk pelan, aku cemas dan berlari ke dalam rumah
Ku tuangkan segelas teh manis hangat dalam cangkir merah putih
Ku sediakan beberapa biskuit kelapa dalam piring kecil berbatik
Aku segera beranjak keluar dengan langkah yang tegap
Ku lihat matanya masih setajam dulu menatapku
Hai Indonesia, kubawakan secangkir teh hangat untuk dahagamu akan merdeka
dan sepiring kecil biskuit kelapa untuk laparmu akan merdeka
Selamat ulang tahun bukan merdeka, aku baru tahu
Kita masih berjuang melawan tirani bangsa sendiri
Kemiskinan dan korupsi terus berlomba-lomba bertambah jumlahnya
Aku Pemudamu, Indonesiaku.
Izinkan aku mengantarmu pulang menemui merdeka yang kau cari.
Indonesiaku sudah 66 tahun, mulai keriput dan copot giginya. Tapi masih ada goresan luka di pipinya, masih tajam matanya memandang dunia. Dan senyumnya masih ada mencoba tegar meski langkahnya tak sekuat dahulu. Kubawakan secangkir teh manis dan sepiring biskuit kelapa untukmu, Indonesiaku, selamat ulang tahun!
-YYAE-
17 Agustus 2011
Dapat dililihat pula di: https://www.facebook.com/notes/yohannes-agatha-engel/teruntuk-indonesia/10150284806889266
Pagi, sebelum jam 10.00 ini
Indonesia menemuiku dengan senyum
Senyum yang menampilkan deretan gigi berlubangnya
Dia menjabat erat tanganku dengan kokoh
Dengan tangan yang berurat keriput
Keriput seperti wajahnya dengan goresan luka di pipi
"Salam Satu Bangsa, Satu Tanah Air, dan Satu Ibu Pertiwi" Katanya
Aku bingung hendak membalas dengan sapa apa padanya
Maka kuberanikan diri menjawab, "merdeka!"
Dia menggelengkan kepalanya, "belum Pemudaku! Masih esok kita merdeka."
Aku terbengong dan berpikir, bukankah hari ini 17 Agustus?
Dia duduk di teras taman kecilku
Menghela nafas dan mengusap peluh di dahinya
Diam, sebelum jam 10.00 ini
Indonesia duduk seteras sendu kelam
Dia berkisah banyak tentang betapa berbedanya
Apa yang dia perjuangkan berbanjir peluh
Dengan bambu runcing dan tongkat s'rabut
Melawan murka egois sendiri dan penjajah di negeri
"Dengan satu bangsa, satu tanah air, dan satu Ibu Pertiwi" katanya
Kami berjuang bersama, berpadu, bersatu, dan secinta
Untuk beranikan diri berteriak, "merdeka!"
Meski selaksa peluru menembus jiwa raga, tapi tidak pernah putus asa
Menyerah bukanlah jawaban, sampai di hari ini 17 Agustus
Dia duduk di teras taman kecilku
Menghela nafas dan mengusap peluh di dahinya
"Kita belum merdeka, pemuda!"
Penjajah masih ada, dan kini bukan bangsa lain
Tapi bangsa sendiri menjajah bangsa sendiri
Memanipulasi pemerintahan
Merobek-robek ikrar dan janji pejuang tempo dulu
"Kita masih berjuang, pemuda!"
Di bahumu kami serahkan cita kemerdekaan
Jadi pemuda sekuat Garuda yang berani
Pemuda yang cerdas dan mencerdaskan
Kami sudah selesai dan sekarang adalah waktumu
Indonesia terbatuk pelan, aku cemas dan berlari ke dalam rumah
Ku tuangkan segelas teh manis hangat dalam cangkir merah putih
Ku sediakan beberapa biskuit kelapa dalam piring kecil berbatik
Aku segera beranjak keluar dengan langkah yang tegap
Ku lihat matanya masih setajam dulu menatapku
Hai Indonesia, kubawakan secangkir teh hangat untuk dahagamu akan merdeka
dan sepiring kecil biskuit kelapa untuk laparmu akan merdeka
Selamat ulang tahun bukan merdeka, aku baru tahu
Kita masih berjuang melawan tirani bangsa sendiri
Kemiskinan dan korupsi terus berlomba-lomba bertambah jumlahnya
Aku Pemudamu, Indonesiaku.
Izinkan aku mengantarmu pulang menemui merdeka yang kau cari.
Indonesiaku sudah 66 tahun, mulai keriput dan copot giginya. Tapi masih ada goresan luka di pipinya, masih tajam matanya memandang dunia. Dan senyumnya masih ada mencoba tegar meski langkahnya tak sekuat dahulu. Kubawakan secangkir teh manis dan sepiring biskuit kelapa untukmu, Indonesiaku, selamat ulang tahun!
-YYAE-
17 Agustus 2011
Dapat dililihat pula di: https://www.facebook.com/notes/yohannes-agatha-engel/teruntuk-indonesia/10150284806889266