Powered By Blogger

Selasa, 18 November 2014

Jeremiah Story 5

Jeremiah Story 5

Tentang Segelas Teh Hangat di Samaria Malam
Samaria, 20 November 2011



Duduk dalam remang, di ruang serbaguna Gereja Samaria, Tangerang. Berkawan dengan segelas teh hangat sambil mengurut urat di lutut yang lagi-lagi tertarik saat bermain futsal sore ini. Mataku semakin minus, bola pelan tak bisa kutangkap tadi. Mungkin mataku sudah rusak dan harus bergantung pada kacamata minus ini. Aku meneguk pelan, sedikit demi sedikit hangatnya teh buatan tangan Pak Salip. Tidak begitu manis sesuai yang ku mau, hangatnya meretas masuk ke dalam tubuh menghangatkanku. Aku diam sendiri sambil terus mengurut pelan telapak kakiku, hal yang sama seperti saat Pak Yani melakukannya mengurut kakiku minggu lalu di ruang Teknik/Maintenance di Pabrik. Rasanya sakit dan membuatku meringis pelan.

Hari ini aku di tengah keramaian tapi jiwaku masih sama seperti hari-hari yang ku lalui, sepi. Perlahan semua yang aku lewati hari ini membuat dinding kepercayaan diriku semakin luntur. Aku tak bisa menuliskan bagaimana perasaan hati ini. Kosong, sesaat diisi oleh seseorang dan sebuah cerita, lalu setelah itu kosong kembali. Begitu selalu seperti sebuah siklus yang dimana pada akhirnya aku kembali berkawan segelas teh hangat saja.

Serang tak seramah biasanya. Berkali-kali Casper harus terantuk lubang. Sialnya saat aku mengerem mendadak karena angkot di depan menepi ke kiri tanpa lampu sen, dan tanpa ku duga aku ditabrak oleh Pengguna Satria Fu dari belakang yang membuat pegangan jok di belakang patah dan satu bautnya lepas, hilang. Pengguna Satria Fu itu melaju saja setelah menggeber motornya padaku, tanpa dosa meninggalkan aku yang terdiam tak menghiraukan beberapa kendaraan di belakangku membunyikan klakson, seperti sebuah paduan suara dengan lagu kekesalan. Ku tepikan motorku dan mengecek kondisi pegangan jok belakang. Sial! Bautnya lepas, pegangannya patah terbagi dua di tengah membentuk kilatan petir. Aku hanya bisa menghela nafas dan tetap bersyukur saja. Untung posisi aku dan Casper stabil, jika tidak mungkin Casper sudah terdorong ke belakang. Pikiran positifku mulai timbul, percuma mengejar si Pengguna Satria Fu itu, siapa tahu dia lebih parah rusaknya di depan. Lagi pula dia tak sengaja menabrakku karna aku pun berhenti mendadak karna Angkot di depanku yang menepi. Padahal saat itu kecepatanku hanya 50 - 60 km/jam.

Mungkin hari sialku belum berhenti. Hujan turun pelan namun butiran hujan seperti menusuk jari-jariku yang tidak terlindung sarung tangan motor. Ban depan Casper tidak terlindungi covernya sehingga cipratan air hujan bertaburan di celana, permukaan jaketku hingga helm yang kukenakan. Padahal kecepatan motorku hanya kisaran 40km/jam. Alhasil ketika hujan reda, dan aku mulai meninggalkan Serang namun seluruh tubuhku berbalut bekas kotoran cipratan air hujan. Lampu motorku tertutup kotoran hingga ke lengan Gas dan Kopling Casper. Huff... Sepanjang jalan ku lihat hanya aku yang kotor sedemikan ini:( Ehm... Sampai di rumah, aku segera mencuci Casper yang sangat kotor. Kasihan Casper.

Masih disini, masih berkawan segelas teh hangat yang mulai tersisa setengah gelas atau sudah habis setengah gelas. Teringat kisah kawanku dan pujaan hatinya. Dia menunggu lama untuk bisa mendapat kesempatan ini. Kesempatan untuk mendekati gadis yang pernah dia kagumi, dia cintai beberapa tahun lalu. Kini mereka sama-sama sendiri namun sepertinya Tuhan masih enggan menyatukan mereka atau memang Tuhan tak menciptakan gadis itu sebagai tulang rusuknya? Aku tak tahu itu rahasia Tuhan. Gadis itu sempat menabur benih harapan yang membuat hidupnya ceria dan semangat tinggi. Aku bisa lihat dari tiap ceritanya yang tetoreh. Tapi malam ini ku dengar harapan itu pupus kembali seperti malam yang sudah-sudah. Dia datang padaku sambil tersenyum tapi ku tahu hatinya menangis. Seorang kawanku yang lainnya harus meninggalkan orang yang dia cintai. Seorang kawanku yang lainnya sedang mendapat kekasih baru, namun ada yang baru saja putus. Ada yang bercerita tentang banyaknya wanita yang dia pacari, ada yang terus disakiti hatinya. Ada yang sudah serius dan melanjutkan ke Pernikahan, beberapa sudah menikah dan tersenyum bahagia di pelaminan, tapi ada yang bertengkar dengan pasangannya dan memutuskan cerai. Hmm cinta itu rumit, tak bisa ditulis sendiri awal dan akhirnya. Aku sendiri masih percaya bahwa cinta itu indah. Mungkin Tuhan masih membuatku harus menunggu. Seperti Lagu yang didendangkan Letto "Cinta Bersabarlah",
Oh rasa cinta, bersabarlah menantinya...
Aku harus bersabar menanti yang Tuhan ciptakan untukku. Bukan harus memaksakan cinta seseorang. Aku bukan lelaki dengan kepercayaan diri yang kuat. Sesungguhnya aku lemah dan hari ini membuatku semakin tidak percaya diri. Setiap cinta yang aku jalani pasti berujung hilang. Entah aku yang ditinggalkan atau aku yang meninggalkan. Aku tidak mau lagi menyakiti hati seorang wanita dan tak mau menyentuh hatinya bila dia bukan untukku. Dan aku pun sebaiknya mundur jika ada seorang wanita yang memberiku harapan lalu menarik-ulur dan kemudian memutuskan pergi. Ya, masih sabar untuk menanti cinta yang Tuhan beri untukku. Sampai kapan? Aku tidak tahu. Masih banyak Pria yang lebih tua dariku yang belum menemukan pasangannya, so aku bukan cuma satu yang mengalami hal ini.

Teh dalam gelas mulai surut, sebagian kecil menguap karena panas dan sebagian banyak masuk dalam tubuhku. Sudah saatnya pulang ditemani Jeremiah dan menutup malam ini. Sesaat tadi Jeremiah dipenuhi Bung Valent, Vicky, dan Rio. Namun kini aku sendiri, tak ada yang bisa ku ajak bercanda. Berharap seseorang akan ada disampingku saat aku melaju dengan Jeremiah atau seseorang berada di belakangku saat aku melaju dengan Casper. Dan Jeremiah membawaku pergi, aku yang semakin hilang rasa percaya diri ini.

-YYAE-

Dapat dilihat di: https://www.facebook.com/notes/yohannes-agatha-engel/jeremiah-story-5/10150404992469266

Tidak ada komentar:

Posting Komentar